Perkembangan Sekolah Rumah
Dunia masih mengakui Amerika sebagai negara dimana homeschool
atau dalam istilahnya yang dipakai oleh aturan tentang homeschool yaitu sekolah
rumah mulai berkembang dan mendunia. Pergerakan sekolah rumah dimulai di tahun 1970an ketika John Holt, seorang peneliti pendidikan
dan pendukung reformasi pendidikan, mulai menulis majalah “Growing Without Schooling” yang dikeluarkan secara berkala sejak
tahun 1977. Pendapatnya adalah sekolah formal yang didirikan oleh pemerintah
hanya mencetak anak-anak untuk menjadi pekerja yang baik di kemudian hari tidak
memberikan kebebasan anak untuk memunculkan keunikan masing-masing anak. John
Holt ingin menyadarkan orangtua untuk memerdekakan anak-anak dari
batasan-batasan lembaga sekolah yang dikenal dengan gerakan “unschooling”.
Gerakan
inilah yang melahirkan generasi pertama pesekolah rumah di Amerika, dan bahkan
didukung penuh oleh peneliti pendidikan lainnya, Raymond Moore, yang
mendengungkan bahwa sekolah akan menghambat potensi anak dan menekankan
pentingnya pendidikan lima tahun pertama (golden
years) anak bahkan mendidik anak-anak di rumah oleh orangtua sampai anak
berumur 9 tahun akan memperkuat fondasi anak, bukan hanya kemampuan akademis,
tetapi secara psikologis, moral, dan kedewasaan berpikir.
Tentu
saja gerakan ini mendapat tantangan yang berbeda dari setiap negara bagian,
bahkan sampai tahun 1990an ada beberapa negara bagian yang melarang, bahkan
mengambil paksa anak-anak yang orangtunya tidak mendaftarkan anak-anak mereka
di sekolah dan memenjarakan orangtuanya. Tetapi sejak tahun 1993 setiap negara
bagian di Amerika sudah memberikan kebebasan bagi orangtua yang memutuskan
mendidikan anak-anak mereka di rumah. Sejak saat itu, homeschool mulai merambah ke beberapa negara di dunia, termasuk di
Indonesia. Beberapa alasan yang dikemukakan orangtua terutama ketika perbandingan
jumlah guru dan murid tidak ideal dengan beban belajar yang mulai dirasakan
sebagai hambatan untuk melihat kemampuan khusus anak, terutama dalam hal
non-akademis. Masalah bullying dan
pengaruh pergaulan dan yang tidak sehat karena peer-pressure merupakan alasan mengapa orangtua memilih mendidik
anak di rumah.
Ketika
masih banyak negara yang melarang dan orangtua yang tidak pernah berpikir untuk
mengajar sendiri anak-anak mereka di rumah, di tahun 2021 saat dunia mengalami
Covid 19, secara serentak 100 negara menutup sekolah-sekolah dari Taman Kanak-Kanak
sampai Universitas, untuk mencegah merebaknya virus Corona, maka kata homeschool atau sekolah rumah menjadi
satu-satunya pilihan pendidikan anak-anak.
World Economy Forum menulis artikel dengan headline bahwa Organisation for Economic Co-operation and
Development (OECD) mengakui bahwa homeschooling
atau kegiatan sekolah rumah selama pandemi virus Corona di tahun 2021
telah merubah cara pandang pendidik dan pemerintah tentang pendidikan jarak
jauh dan pendidikan yang berbasis teknologi secara global, termasuk pendidikan
sekolah rumah.
Mereka
menegaskan bahwa semua negara-negara di dunia harus mulai mengakui bahwa
pendekatan pendidikan oleh guru, sekolah dan orangtua akan sangat berubah
ketika pandemic selesai dan sekolah sudah mulai berjalan normal. Dan untuk
pesekolah rumah, semua berjalan sebagaimana biasa, bahkan akan jauh lebih baik.